Hai!
Udah berapa lama gue nggak nulis? Lama banget kayaknya. Sorry, everytime I started to write something I always ended up delete it accidentally. My bad habit; never saved it first. My fault, I knowwwww, and sorry for that.
Jadi post kali ini sebagian besar udah gue tulis seminggu yang lalu, tapi entah karena alasan apa (gue sendiri juga lupa), gue gagal nyelesein ini seminggu yang lalu. But the truth is what happened a week ago, most likely happened today too. Dan lagi dikarenakan gue barusan pulang dengan keadaan capek yang amat sangat, lapar, dan galau, post kali ini ditulis pake bahasa Indonesia. Apa hubungannya? Ya lo pikir nulis postingan full-English gampang? Gue pribadi lebih sering kena writers block kalo nulis pake bahasa Inggris dibanding bahasa Indonesia. Iya, gue emang anak sastra Inggris tapi bukan berarti tiap postingan harus pake bahasa Inggris (capek mikirnya juga, cuy). Gimana pun juga bahasa Indonesia masih bahasa ibu buat gue.
Hari ini rasanya perasaan gue abis dicampur-aduk. Abis pulang kuliah, gue bareng temen-temen (consist of Je, Bitra, Al, Chafid, and Dita) main ke kost AlBitra. Di kos, gue bisa ketawa-ketiwi sama anak-anak. Bahkan, gue meluk Dita waktu dia nangis (btw, hai Dit! If you read this, I love you so much. Don't ever think no one loves you because the truth is.. you're lovable. It seems impossible to be not in love with you). Iya bener, gue ikut nenangin sohib unyu gue yang satu ini.
P.s.: I wrote this part a week ago.
Sekitar jam 13.30, kita pergi ke kampus atas. Gue ada kumpul UKKI (semacam rohis kalo lo masih duduk di bangku SMA) yang dilanjutin latihan paduan suara. Awalnya, biasa aja. Terus gue iseng nanyain salah satu temen gue yang se-fakultas (sekelas juga!) sama gebetan gue. Kita panggil dia Jack yap.
Gue: eh, hla trus piye si dia-yang-tak-boleh-disebut-namanya-di-blog? Wingi bar ulangtahun to? Rak mbok jaluki traktiran? (Eh, itu gimana si -pip-? Kemarin abis ulangtahun kan? Kamu nggak minta traktiran?)
Jack: mosok? Rak ngerti aku. Tapi deknen wis duwe pacar. Yo mboh deng, wingi ning kelas dieceni terus. (Masa'? Aku nggak tau. Tapi dia udah punya pacar. Tapi nggak tau juga sih, kemarin di kelas diejekin terus.)
Gue: serius? Dieceni karo konco-konco sak kelasmu ngono? Emang pacare sopo? (Serius? Diejekin sama temen-temen sekelasmu gitu? Emang pacarnya siapa sih?)
Jack: he'eh. Tapi yo rak ngerti deng. Kae lho si -pip- sing sering dolan ning kelompoke dewe pas ospek, koncone -pip-. (Iya. Tapi nggak tau juga sih. Itu lho si -pip- yang sering main ke kelompok kita waktu ospek, temennya -pip-.)
Gue: oh, sing kui. (Oh, yang itu.)
Padahal gue nggak ngerti orangnya yang mana. Tapi yaudahlah ya. Intinya gue udah tau.
P.s.: I just wrote this part.
Hari ini hampir sama sih kayak seminggu yang lalu. Bedanya yah hari ini Rabu, sementara kejadian diatas itu hari Kamis minggu lalu.
Balik kuliah ke kost AlBitra (ketambahan temennya Dita, namanya Mega. If you read this, hello to you!). Ketawa lepas kayak biasanya. Daaaaann tibalah saatnya kegalauan dimulai. Gue meluk Dita buat yang kesekian kali (fyi, I'm a hugger. So I don't really mind if you hug me. And Dit, once again if you read this.. I love you. Karena terkadang cuma dengan menangis kamu bisa ngerasain lega) waktu dia nangis.
Padahal kalo boleh jujur, gue lagi sakit juga. Dia-yang-tak-boleh-disebut-namanya udah ngebuat gue berharap, ngeruntuhin tembok yang gue bikin sedemikian rupa tapi setelah tembok itu runtuh dan gue mulai jatuh.. dia malah lari. Gue nggak mau nyebut seseorang PHP (Pemberi Harapan Palsu) tapi kalo dipikir lagi, kayaknya emang sekarang waktu tepat buat bilang, “di-PHP tuh ternyata sakit banget ya.”
I mean, kalo emang dari awal dia nggak ada perasaan ke gue, ngapain ditanggepin? Kenapa ngebuat gue berharap kalo akhirnya dia malah pergi gitu aja tanpa kata perpisahan? Hahahaha sakit banget lho, nang.
Kemarin dia buat status di akun facebook-nya. Nggak usah gue tulis lah ya, intinya dia lagi kasmaran. Ditujuin buat siapa juga gue nggak tau. Kalo kata hati mah pengennya itu buat gue tapi kalo dipikir lagi, that's beyond impossible. Kenapa? Ya kan secara dulu kita SMSan aja setiap menit pasti dibales, interval SMS kita paling lama juga 5 menit. Nah sekarang 30 menit dibales juga udah alhamdulillahnya banget. Jadi yah, nggak mungkin banget lah kalo itu buat gue.
Trus lagi dia salah manggil. Detail? Nggak usah lah, doesn't matter how, yang jelas itu bikin gue tambah hopeless. Semalem gue nangis lagi pas mau tidur (sometimes crying doesn't mean you're weak, it means you've been so strong for way too long), nggak ngerti yang keberapa semenjak gue kenal sama dia. Marah? Nope. Sebel? Enggak. Sedih? A bit. Kecewa? Absolutely. Gue kecewa aja, tega banget dia giniin gue.
I'm broken but you can't see it. I can smile everyday, I'm good at comforting people. But I can't heal the scar you've left me with. It's still there. Lukanya masih mengeluarkan darah, nang. Harapan gue sekarang simple kok; semoga gue bisa lupain dia (it's a must! I can't be sad all the time, can I?). Oh iya, gue juga berharap supaya dia serius sama gebetannya itu. Maksudnya, nggak PHP doang. Biar gue aja yang ngerasain sakitnya ‘jatuh‘ :)
Be careful, nang. Karma still exists. I just don't want you to get karma too soon. Don't worry, I won't hate you, because I would never can hate you. Well, you might be the reason for my pain I still care about you, a lot. I also want to say sorry to you..
Sorry, I often disturbed you with my messages. Sorry for wasted your time. Sorry for hoping too much from you. And last, sorry, for loving you.
Dina
(P.s.: I wrote this post first on 24th Oct, 2013 but then saved it as a draft before continued to write and published this post on 30th Oct, 2013. Just fyi, I hope this post won't confuse you.)
({}) toooo bebeb :*
ReplyDelete♥ ({}) :*:*:*
Delete