Okay, how are you guys doing? I'd like to tell you a serious note here.
Even until this very day, this topic is still kind of sore to me. A very touchy subject to talk.
Ever heard of bullying?
Well, buat yang nggak tau, biar gue jelasin dikit. Bullying adalah usaha yang dilakuin orang - orang menyedihkan dan kurang kerjaan untuk membuat seseorang 'jatuh', physically and mentally. Entah dari cara mereka memperlakukan orang lain atau cara mereka memanggil seseorang dengan nama yang nggak pantas.
Why are they doing that? Do they have a purpose or what?
Yes, they actually do. Those bullies who constantly try to make us down maybe feel threaten by us. Mereka mencoba jatuhin kita, itu artinya kita ada jauh di atas mereka. Mereka menyebut kita dengan nama - nama, yang tanpa mereka sadari, membuat kita sakit hati. But you know what? That actually makes me sick. Siapa sih elo sampe bisa ngatain seseorang?
Let's be honest here. In my whole life, people would always call me fat, ugly, worthless, and many more. Iya, gue emang gendut. Tapi kalo emang gue boleh jujur, sebenernya gue gak segendut kebanyakan orang. Umur gue 17 tahun (2 months again until 18), tinggi gue sekitar 168 cm dan berat badan gue 79 kg (many people asked me this in real life but I never give them the answer because I'm so embarrassed). Ada yang mau ngejek dan ngatain gue? Go on, gue nggak akan nyuruh lo berhenti.
Semenjak gue duduk di bangku SD, banyak orang yang suka banget ngegodain gue karena berat badan gue yang melebihi anak kecil seumuran gue sementara tinggi badan gue gak seberapa. People would call me Bolep (kependekan dari Cebol Mendelep = udah pendek, gendut pula). Mereka manggil gue pake sebutan itu setiap waktu. Awalnya sih biasa aja, I was on my 3rd or 4th grade, for God's sake. Waktu gue masuk SMP, orang - orang awalnya baik sama gue. Tapi kemudian ada seorang cowok di kelas gue, Tejo (bukan nama sebenarnya), bilang ke anak - anak kalo gue suka pake kaos kaki panjang hampir selutut (meskipun gue pake jilbab, I prefer wearing long socks than the short ones). Dia juga yang sering tanya ke gue, "Kowe meh sekolah opo dolanan bal?" (Elo mau sekolah apa mainan bola?). Atau komentar, "Kurang dowo kui kaos kakimu" (kurang panjang tuh kaos kaki lo).
Mulai dari situ, penderitaan yang gue alamin nggak pernah berhenti. Kids would tease me everyday about it. I used to come home feeling numb but then when I was in shower, I would cry quietly. Di sekolah, gue masih sering ketawa tapi nggak ada yang tau apa yang gue lakuin setiap kali gue udah pulang ke rumah. Lucunya, meskipun mereka sering ngatain gue, mereka tanpa malu masih aja minta contekan gue setiap kali tes dan ulangan. Dan mereka bakal marah sama gue kalo gue nggak nyontekin mereka. Hasilnya? I had no friends. Seringkali gue beli jajan sendirian atau pergi ke perpustakaan. Dari titik itulah gue mulai suka baca.
Dan kemudian di SMA,
it was a hell. Kayaknya tiada hari tanpa denger
someone ngatain gue gendut. Hahahaha, lucu ya, padahal mereka minta contekan jawaban ulangan dan tes gue. Ada seorang 'temen' gue waktu kelas 10, Firda (bukan nama sebenarnya), yang waktu itu kebetulan satu kelompok sama gue buat salah satu laporan perjalanan. Dari awal, temen kelompok gue yang lain sebenernya nggak setuju kalo kita sekolompok sama Firda ini. Tapi gue
ngeyel. Gue pernah jadi orang yang dikucilin dan gue nggak mau hal kayak gitu terjadi sama orang lain. Waktu gue minta minta dia buat ngerjain salah satu bagian dari laporan, dia nyanggupin tapi waktu hari terakhir pengumpulan tugas, dia malah nggak berangkat dan nggak mau nganterin ke sekolah.
I was so piss off, tapi gue mutusin untuk ngebuat yang baru. Hari itu juga, gue ketik dan cetak bagian yang seharusnya bukan bagian gue. Sehari setelah itu, dia datang ke kelas marah - marah. Sampe puncaknya waktu istirahat dia ke bangku gue (yang ada di barisan paling depan) dan marah - marah sama gue. Awalnya dia ngata - ngatain gue egois, lambat laun dia mulai ngatain gue gendut, dan yang paling bikin gue sakit hati adalah waktu dia ngehina keluarga gue. Iya, emang keluarga gue nggak sekaya anak - anak lain
but did she really have to say that? In front of my whole classmates? Waktu itu gue cuma diem dan nangis. Nangis karena apa yang dia bilang bener - bener ngebuat gue sakit hati.
And then one of my friend, Iffi (bukan nama sebenarnya),
slapped her. Setelah itu, beberapa cewek yang emang lumayan deket sama gue mulai ngedatengin bangku gue dan nenangin gue.
Di kelas 11, gue lagi - lagi kena masalah. Iffi yang waktu kelas 10 belain gue, di kelas 11 malah berantem sama gue. Salah gue sih yang udah ribut di blog waktu itu. Dan juga ada Riana (bukan nama sebenarnya), cuma gara - gara kita beda pendapat sekali, dia dan temen - temennya nyindirin gue di twitter. Ngatain gue
gentong, gendut, sok tau, dan masih banyak lagi. Gue masih inget jelas,
I would go to school earlier than the others and then put on my headphone just so I can't hear what other people say about me. Gue jadi penyendiri, anak - anak yang lain milih buat ikut ngejauhin gue karena takut bakalan kena imbas dari masalah - masalah gue. Marina, Anilda, Pipit, dan Anita lah yang pertama kali ngehampirin gue dan ngebisikin kata - kata penyemangat. Marina
would say, "yang sabar ya, Din" setiap kali orang yang nge
bully gue lagi keluar kelas. Waktu semester genap, keadaan malah berbalik 180 derajat. Orang yang dulunya ngata - ngatain gue di twitter gantian dikata - katain sama orang lain di twitter. Dan buat keempat orang tadi?
Well, we're bestfriends now.
Tahun terakhir gue bener - bener unforgettable. Gue dan Ziah (salah satu murid pinter di kelas) jadi korban cyberbullying. Ada sekelompok orang -atau geng, lebih tepatnya- di kelas kita yang terus saja menyindir kita berdua di sosial media twitter. Bur we didn't take it too seriously. I mean, cyberbullying, really? Terlepas dari itu, orang - orang masih suka manggil gue gendut. They would make fun of my weight, my body, and even my look. Jokes mereka keseringan sama, ngebuat gue jadi sedikit lebih kebal. Tapi suatu waktu, Zana (bukan nama sebenarnya) ngebuat joke yang kalo gue bilang sih udah keterlaluan. Waktu itu gue mau ke tempat les bareng temen gue tapi karena gue nggak bisa naik motor, jadilah gue cuma duduk di kursi penumpang. Zana yang liat langsung bilang sama temen gue, "Ati-ati lho, mengko ndak motormu njempalik. Dina kan bobote ping lima mu" (Hati-hati ntar motor lo kejungkir. Berat badannya Dina kan lima kali beratmu) sambil ketawa bareng temen - temennya. Sakit emang, tapi gue nggak mau biarin dia tau how hurt his words were. Tapi sejak kejadian itu, gue berhenti ngomong ke dia. Di tempat les juga gue nggak mau nyontekin dia.
Waktu mau UN, ada tradisi di sekolah gue buat minta maaf sama guru - guru dan temen - temen satu angkatan. Tiba - tiba aja Zana dateng ke gue dan minta maaf. I was so mad at him, tapi gimana pun juga dia udah minta maaf. And so, I forgive him. Dengan syarat dia nggak bakal ngelakuin kayak gitu lagi ke gue dan orang lain. When the graduation came, I was too happy to finally celebrate it with my bestfriends.
With my current height, setiap kali gue dateng ke Salatiga dan ketemu temen SD gue, mereka bakal tanya kenapa gue bisa setinggi ini. Dan waktu gue ketemu beberapa bullies gue semasa SMP.. kebanyakan dari mereka udah kerja, bahkan beberapa dari mereka udah nikah. Dan gue? Gue masih bisa kuliah dan ngelanjutin cita - cita gue.
This is it, my fellow friends.
Ketika elo ketemu seseorang, don't be too quick to judge. Everyone has their own struggle. Semua orang punya masalah mereka sendiri. Masalah rumit kehidupan yang nggak lo tau. Berhenti ngebully orang karena kondisi fisik atau mental mereka yang berbeda. They are still human whether they're fat, skinny, short, tall, blonde, smart, dumb. You just have to accept how beautiful this world is with them filling it. Nggak akan ada kata 'pintar' tanpa ada kata 'bodoh' untuk dibandingkan.
Stop bullying. Stop being a pathetic person. Hargain orang lain. Treat people exactly the way you wanna be treated. Stop being a douchebag and calling them names. Mulailah menghargai perbedaan yang ada di sekitar lo.
Dan buat kalian di luar sana yang mengalami
bullying,
STAND UP! Tunjukan pada semua orang menyedihkan yang selalu ngejek lo bahwa elo bisa ngelakuin sesuatu yang mereka pikir nggak akan bisa lo lakuin.
STAY STRONG! It will get better eventually. Penderitaan lo akan berhenti. Percaya sama gue, suatu saat elo bakal ngerasain yang namanya
bahagia.
TELL SOMEONE! Cerita sama seseorang biasanya ngebantu gue buat
get better. Perasaan bakalan jadi lebih lega setelah kalian cerita.
Don't just bottle it up. Speak up, tell your bestfriends, tell your parents, tell your teachers, tell anyone!
Remember, everyone is beautiful with their own ways. You absolutely have no rights to judge them. Like, who the hell are you? God? Hah.
BULLYING IS PATHETIC.
Cheers,
Dina